Mendadak aku merasakan sebuah rasa yang sangat, antara kangen atau sedih atau sakit. Siluet wajah papa terlintas dalam pikiran ku. Tumben, sebelumnya nyaris tak pernah aku merasa serindu ini pada papa. Apakah mungkin karena percakapan ku dengan mama di telpon sore tadi
” Pokoknya aku gak mau papa ke wisudaanku pake sarung and baju koko titik”. teriakku pada mama, saat mama mengatakan padaku papa baru membeli sarung termahal khusus untuk di Kenakan pada acara wisuda ku.
“Pelantikan dana di AKMIL papa bisa pake jas lengkap kenapa pas acaraku ga mau, mending ga usah dateng dari pada aku malu ma” kembali aku berteriak lantang dari balik telepon mama terus berkata bahwa Lusa saat aku akan wisuda papa akan mengenakan baju koko.
Papaku berasal dari madura, entah aku tak tau apakah setelan baju koko, sarung dan peci merupakan pakaian ‘kebanggan’ bagi orang madura namun saat aku berada di pulau garam itu rata-rata semua lelaki memakainya. Lusa aku wisuda, sarjana Ekonomi gelar yang akan aku sandang. Sejak kecil cita-citaku menjadi seorang polwan atau masuk AKMIL, aku selalu berusaha untuk mendapat nilai tertinggi disetiap pelajaran khususnya matematika. Sejak SD aku selalu mendapat juara 1 dan saat aku gagal seleksi masuk SMA Taruna Nusantara aku diminta oleh SMA N 3 PAmekasan untuk masuk di kelas unggulan Utama dan tanpa biaya sepeserpun, jadi selama 3 tahun sekolah aku mendapat beasiswa penuh dan tinggal diasrama. Aku juga menjaga kesehatan, gigi, mata dan postur tubuh agar bisa mengikuti seleksi akpol.
Semua seleksi yang aku ikuti gagal karena aku harus menalani operasi usus buntu. Dan papa memaksaku mendaftar di jurusan akuntansi brawijaya, sama seperti fakultas papa dulu. Merasa terjebak didalamnya tak membuat aku frustasi, aku berjuang untuk membuktikan pada papa, aku bisa diandalkan dan aku akan menjadi contoh bagi ke tiga adiku.
Berasal dari IPA sangatlah sulit bagiku untuk beradaptasi. Awal semester papa selalu membantuku mengerjakan tugas, bahkan papa belajar menggunakan email demi mengerakan tugas kuliahku. Kini, aku telah menyandang gelar Sarjana Ekonomi dan sebentar lagi akan bertambah gelar Akuntan di belakang namaku.
Sabtu tanggal 29 oktober 2011 akan menjadi hari bersejarah dalam dunia pendidikanku dimana aku secara sah akah menjadi salah satu lulusan perguruan tinggi negeri favorit. Aku ingin segalanya berjalan sempurna, mulai dari kebaya yang aku rancang sendiri dan kehadiran orang tua serta keluarga besarku.
Salah satu impianku saat aku di wisuda nanti, aku akan berfoto dengan mama dan papa nantinya foto itu akan kami pajang di ruang keluarga disamping foto pelantikan adikku (Pelantikan/ prajabatan taruna AKMIL). Aku ingin mama terlihat cantik dengan kebaya yang sudah beliau pesan dan papa terlihat gagah dengan setelan jasnya.
Aku kecewa saat mama menceritakan bahwa papa akan mengenakan sarung kebanggannya, aku pun marah. Sampai detik ini pikiranku tak tenang bukan karena memikirkan sarung macam apa yang akan di kenakan papa, tapi memikirkan hal yang akan terjadi pada papa. Pikiran buruk pun menyelimuti otaku, bayangan, khayalan, dan apapun itu seakan menghantuiku. Hatiku sakit saat ingat kalimat terakhir yang kuucapkan pada mama, kalimat yang mengatakan bahwa sebaiknya papa tidak ikut ke acara wisudaku dari pada membuatku malu.
oh,, Betapa jahatnya aku, aku anak tak tau diri, DURHAKA! ya mungkin itu sebutan yang pantas buatku. Aku melarang papa yang sangat menyayangiku melihat putri tercintanya wisuda gara-gara sarung. Maafkan aku papa, maafkan aku yang terlalu egois tak memikirkan semua pengorbanan yang telah kau lakukan buatku.
kembali aku teringat semua kenangan bersama papa. Saat aku sakit papa rela tak tidur menjagaku hingga larut, saat aku merasa lapar di malam hari karena belajar papa selalu membuatkan nasi goreng andalanya. Juga saat aku meminta uang kuliah, uang jajan dan uang kos, aku bahkan tak mempedulikan bagaimana kondisi keuangan papa. Tak mau tau apakah papa memiliki tabungan yang aku tau hanya bagaimana uang itu segera di transfer ke ATMku.
Beberapa bulan lalu aku melupakan keinginanku untuk menajdi seorang taruna. Aku ingin menjadi dosen namun juga ingin menjadi Auditor. Hal itu terlintas saat aku tau papa di mutasi karena suatu hal yang tak bisa ku tuliskan. Tekatku saat aku telah menjadi auditor kelak adalah mengaudit kotaku dan semua kantor instansi pemerintah disana, Entahlah aku juga tak tau mengapa.
Doaku malam ini, semoga papa dalam keadaan sehat, semoga dia yang ku yakini adalah Tuhan melindungi papa,mama dan keluargaku. Semoga tak terjadi hal-hal yang ada dalam pikiranku malam ini. Semoga keresahanku tak akan pernah terwujud. Semoga papa bisa menyaksikan putri sulungnya di wisuda dan aku tak akan mepermasalahkan pakaian yang akan dikenakan papa, semoga perjalanan papa dilindungi olehNya.
Aku sayang papa, aku sayang papa tanpa syarat dan itu mutlak.
Aku sayang papa
Aku pun tau dibalik sifat papa yang keras terhadapku dan adik-adikku, papa sayang kami
papa selalu memikirkan aku
papa selalu ingin tau bagaimana keadaanku
sehatkah aku, cukupkan uang sakuku, bagaimana pendidikanku
aku tau papa cemburu
saat aku bercerita tentang lelaki yang aku kagumi
yang perlu papa tau adalah
aku tak akan bisa menyayangi lelaki manapun melebihi rasa sayangku pada papa, opa dan Tuhanku.
malang 27 oktober 2011 10:24 pm
Read Full Post »
You must be logged in to post a comment.