I’m single because GOD busy writting the best love story for me…
ya itulah yang aku katakan saat berhadapan dengan kata status, tapi mungkinkah Tuhan sesibuk itu? Ataukah Tuhan memang benar-benar sedang menyiapkan sebuah kisah untuk ku. Aku hanya bisa berfikir positif tentang hal itu.
Aku tau, Tuhan akan memberikan apa yang aku butuhkan bukan yang aku inginkan. Maybe saat ini aku belum butuh ‘status’ dan ‘pasangan’, atau mungkin jika Tuhan memberi hal itu detik ini juga aku tidak akan siap. Tak pernah aku pungkiri saat melihat dan mendengar curahan hati beberapa orang teman tentang pasangan mereka kadang aku merasa iri dan rasa ingin mengetahui bagaimanakah melakoni sebuah relationship muncul dibenakku.
Namun aku selalu menyingkirkan hal itu dengan pertanyaan: siapkah dan mampukah aku menjalani dengan kondisiku seperti sekarang ini? dan aku pun menjawab TIDAK pada diri sendiri. Aku lebih memilih untuk fokus pada pendidikan dan karir. Sejak kecil aku berfikir menjalin sebuah hubungan khusus dengan lawan jenis (pacaran, tunangan dll) itu akan menyita banyak waktu,tenaga, pikiran dan hati. Lagi-lagi aku tidak akan siap membagi waktuku untuk ‘dia’ tak akan sanggup membagi pikiranku dan tak akan kuat menahan rasa sakit saat hati mulai terluka karena kata ‘cinta’.
selama 22 Tahun aku menghindari hal itu, tak munafik jika sesekali aku ingin mencoba, namun aku terjebak dengan prinsip yang aku buat sendiri: aku ingin pacaran sekali dalam seumur hidup, pacaran dan langsung nikah, dengan cinta tentunya. selama 22 tahun aku mempertahankan prinsip itu yang didukung dengan sifat idealis dan pemilih yang aku miliki. sejak SD sampai Kuliah entah berapa kali aku menerima surat cinta, mendengar pernyataan cinta, bahkan ajakan untuk menikah dari lelaki. Dari semua Lelaki itu tak satupun yang berhasil memenangkan hatiku. Ada banyak alasan bagiku untuk berhati-hati dalam memainkan hati ini. Aku juga tak mengelak selama ini juga pernah kagum bahkan simpatik pada beberapa orang, aku juga menyayangi sahabat-sahabatku ( 80% sahabatku adalah lelaki).
Hingga saat Akhir 2010 lalu, untuk pertama kalinya aku mengalami yang namanya “pacaran” entah apa ini bisa disebut pacaran karena hanya berlangsung 2 minggu dan sepertinya ini bukan pacaran seperti yang aku jelaskan sebelumnya yaitu dengan cinta. dan disinilah aku mulai terjebak dengan Prinsip yang aku anut selama ini. Aku dibutakan oleh kata ‘alim’ dan ‘pintar’ tanpa melihat faktor lain dalam dirinya.
pengalaman pertama dan aku kadang menertawai diriku sendiri saat ingat bagaimana dia memutuskan hubungan itu yang seharusnya aku yang memutuskan (aku mengetahui dia juga ada hubungan dengan beberapa wanita).
wow, amazing! pengalaman yang yah ‘menampar’ dan menyadarkan aku bahwa tak cukup hanya melihat ke aliman dan ke pandaian seseorang untuk memutuskan dia berhak memenangkan hati kita. dan kini aku amat sangat berhati-hati dalam memilih dan memutuskan.
aku teringat pesan dari dosen pembimbing skripsi ku : dalam memilih pasangan tanyakan pada hati nurani dan Tuhan. apakah dia benar-benar yang terbaik buat kita. jangan hanya melihat dari hitungan matematis baik tidaknya dia tapi kembalikan pada hati nurani yang tidak pernah bohong.
Tentang pernikahan
Mungkin menurut banyak orang diusiaku ini (23 tahun) sudah cukup untuk membangun sebuah rumah tangga, banyak teman-teman bahkan adik tingkat yang sudah menikah. Pertanyaan seputar jodoh,pernikahan selalu menghujaniku saat pertemuan keluarga dan aku selalu menjawab dengan senyum.
Bukan aku tak mau untuk menikah, namun seperti yang aku uraikan sebelumnya aku akan memikirkan dengan hati-hati siapakah pasangan hidupku nanti. selain itu karena aku memang belum siap, tujuan utamaku adalah mengejar impian dan berprestasi sebaik mungkin.
kadang aku bertanya pada diri sendiri dan juga pada beberapa orang teman tentang pernikahan. Tentang apa yang difikirkan oleh pasangan muda yang menurutku terlalu cepat untuk menjalin bahtera rumahtangga. Tentang apa yang ada diotak para wanita dan lelaki saat mereka mengucapkan kalimat “aku pengen cepet nikah”.
Apakah mereka memikirkan hari setelah akad nikah berlangsung? Apakah mereka memikirkan bagiamana nanti saat memiliki buah hati? bagaimana mendidik anak-anak menjadi anak yang sholeh? entahlah, begitu banyak pertanyaan dalam otak ku saat menghadiri pesta pernikahan teman-teman dan adik tingkat ku (dengan selisih umur sangat jauh dengan ku).
Bagiku, pernikahan adalah suatu hal yang Rumit dan harus benar-benar dipikirkan. Pernikahan adalah bagaimana menyatukan dua keluarga dan dua budaya. Pernikahan adalah bagaimana menyatukan dua kepribadian yang berbeda. Pernikahan bukan hanya saat acara resepsi berlangsung. pernikahan tak akan diakhiri dengan kata ‘cerai’. pernikahan adalah bagaimana mengontrol ego, bagaimana kita menjadi pendengar dan rekan yang baik bagi pasangan.
Nanti, suatu saat nanti aku pasti akan mengalami hal itu dengan siapa dan kapan itu hanya ada dalam catatan Tuhan. Aku, kamu, mereka tak akan pernah tau kisah yang telah Tuhan siapkan. Aku percaya Tuhan tidak akan mengecewakan Hambanya, Tuhan akan menyiapkan kisah bagiku. aku percaya GOD writting the best love story for me. Dan aku menikmati hari-hariku.
malang 21 november 2011
7:10 am
You must be logged in to post a comment.